Konflik sosial dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik akibat perbedaan agama, ras, suku bangsa, budaya, ataupun ekonomi. Di Indonesia, konflik sosial sering terjadi antara kelompok yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, seperti konflik agraria antara petani dan pengusaha, konflik antara buruh dan pemilik pabrik, konflik politik antara partai politik, dan sebagainya.
Untuk mengendalikan konflik sosial di Indonesia, pemerintah memiliki beberapa mekanisme. Pertama, dengan mengadakan dialog antara pihak yang berseteru, baik melalui jalur formal maupun non-formal. Pemerintah juga memiliki kebijakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara konsultasi dan mediasi.
Selain itu, pemerintah telah membentuk lembaga khusus yang bertugas mengelola konflik sosial di Indonesia, yaitu Badan Nasional Penanggulangan Konflik Sosial (BNPKS). BNPKS memiliki tugas untuk memberikan layanan konseling bagi pihak yang terlibat konflik, menjembatani dialog antara pihak yang berseteru, dan memberikan edukasi mengenai pentingnya perdamaian dan toleransi.
Namun, dalam beberapa kasus, upaya pemerintah untuk mengendalikan konflik sosial masih belum berhasil. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya kasus konflik sosial di Indonesia, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Konflik sosial yang tidak terkendali dapat berdampak pada kerugian ekonomi, hilangnya nyawa, dan bahkan merusak tatanan sosial masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari seluruh elemen masyarakat untuk mengendalikan konflik sosial di Indonesia. Salah satunya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perdamaian dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, diharapkan berbagai bentuk konflik sosial yang terjadi di Indonesia dapat diminimalisir dan bahkan dihilangkan.