Mengenal apa itu Eating Disorder? Jenis, Gejala, dan Penanganannya

Mengenal apa itu Eating Disorder?

Mengenal apa itu Eating Disorder?-Eating disorder merupakan gangguan mental yang menimbulkan pola makan yang tidak normal serta diiringi oleh ketidakseimbangan emosional. Dalam kasus ini, penderita dapat mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat sedikit atau sangat banyak, sementara obsesi terhadap berat badan atau bentuk tubuhnya pun turut menyertainya. Dalam realitas yang kompleks ini, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam tentang apa sebenarnya eating disorder itu, jenis-jenisnya, serta bagaimana penanganannya.

Apa Itu Eating Disorder?

Eating disorder, atau yang biasa dikenal sebagai gangguan makan, merupakan kondisi psikologis yang ditandai oleh pola makan yang tidak sehat dan terkait erat dengan persepsi diri terhadap berat badan dan bentuk tubuh. Buku “Psikologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas” oleh Eka Mustika Yanti dan Baiq Dika Fatmasari, menggarisbawahi bahwa gangguan ini melibatkan kompleksitas interaksi antara makanan, bentuk tubuh, dan berat badan seseorang.

Bacaan Lainnya

Eating disorder dapat berkembang ketika seseorang mengalami gangguan serius dalam pola makan, seperti penolakan makanan secara ekstrim atau konsumsi makanan secara berlebihan, yang sering kali disertai dengan perasaan kuat tentang berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan.

Pada tahap awal, seseorang mungkin hanya mengonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya. Namun, seiring berjalannya waktu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak tersebut dapat menjadi konstan di luar kendali individu.

Jenis-Jenis Eating Disorder

Ada beberapa jenis eating disorder yang memiliki gejala dan karakteristik yang berbeda. Berikut ini adalah penjelasannya:

  1. Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa sering kali muncul pada masa remaja dan lebih umum dialami oleh perempuan. Penderita anoreksia nervosa cenderung merasa gemuk meskipun sebenarnya mereka sangat kurus. Mereka terus-menerus memperhatikan berat badan, menghindari jenis makanan tertentu, dan membatasi asupan kalori secara ekstrim.

Gejala anoreksia nervosa meliputi:

  • Memperhatikan pola makan secara ekstrim
  • Ketakutan berlebihan akan penambahan berat badan
  • Menghindari makanan untuk mengendalikan berat badan
  • Berusaha terus-menerus untuk menjadi kurus
  • Menolak mempertahankan berat badan yang sehat
  • Terlalu memperhatikan berat badan atau bentuk tubuh terhadap harga diri.

Penderita anoreksia nervosa juga sering kali menunjukkan gejala obsesif-kompulsif, seperti pemikiran berlebihan tentang makanan atau perilaku mengumpulkan resep makanan.

Anoreksia nervosa dapat dibagi menjadi dua subtipe, yaitu tipe restriktif makanan dan tipe ‘binge eating and purging’. Pada tipe restriktif, penderita mencoba menurunkan berat badan dengan diet ketat, puasa, atau olahraga berlebihan. Sedangkan pada tipe ‘binge eating and purging’, penderita makan dalam jumlah besar atau kecil, lalu memuntahkan makanan atau menggunakan obat pencahar atau olahraga berlebihan.

Anoreksia nervosa dapat menyebabkan kerusakan serius pada tubuh, termasuk penurunan kepadatan tulang, ketidaksuburan, serta kerapuhan rambut dan kuku. Dalam kasus yang parah, anoreksia dapat menyebabkan kerusakan pada organ vital seperti jantung, otak, dan organ lainnya, bahkan kematian.

  1. Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa, seperti halnya anoreksia, sering muncul pada masa remaja dan awal dewasa, dan lebih umum terjadi pada wanita. Penderita bulimia sering mengalami episode makan berlebihan dalam jangka waktu tertentu.

Bulimia nervosa ditandai dengan episode makan berlebihan yang diikuti oleh perilaku kompensasi seperti muntah, puasa, atau olahraga berlebihan. Ketika mengalami episode makan berlebihan, penderita seringkali merasa tidak bisa mengontrol jumlah makanan yang dikonsumsi.

Bulimia nervosa mirip dengan anoreksia tipe ‘binge eating and purging’, namun penderita bulimia biasanya dapat mempertahankan berat badan yang relatif normal. Gejala yang mungkin muncul antara lain:

  • Episode makan berlebihan yang berulang
  • Melakukan perilaku kompensasi untuk mencegah penambahan berat badan
  • Harga diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan
  • Takut bertambah berat badan.

Dampak bulimia nervosa dapat mencakup peradangan, kerusakan pada gigi, iritasi tenggorokan, refluks asam, dan gangguan hormonal. Dalam kasus yang parah, bulimia juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang dapat mengakibatkan stroke atau serangan jantung.

  1. Binge Eating Disorder (BED)

Binge Eating Disorder (BED) merupakan salah satu gangguan makan kronis yang paling umum terjadi pada remaja. Penderita BED memiliki gejala yang mirip dengan bulimia.

Mereka sering mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat dan merasa kehilangan kendali saat makan berlebihan. Namun, mereka tidak melakukan perilaku kompensasi seperti membatasi kalori atau membuang makanan.

Gejala umum BED meliputi:

  • Makan dalam jumlah besar dan cepat hingga merasa kenyang meskipun tidak lapar
  • Merasa tertekan, malu, atau bersalah setelah makan berlebihan.

Penderita BED berisiko mengalami komplikasi medis seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Dalam mengatasi eating disorder, pengobatan yang tepat dan dukungan psikologis sangatlah penting. Terapi kognitif perilaku (CBT) sering digunakan sebagai pendekatan utama untuk menangani gangguan makan. CBT membantu individu untuk mengidentifikasi pola pikir negatif dan perilaku yang menyebabkan atau mempertahankan gangguan makan, serta menggantinya dengan pola pikir dan perilaku yang lebih sehat.

Penutup

Selain CBT, terapi lain seperti terapi keluarga, terapi interpersonal, dan terapi nutrisi juga dapat diterapkan tergantung pada kebutuhan dan kondisi individu. Penting untuk dicatat bahwa setiap individu memiliki pengalaman yang unik dengan eating disorder, sehingga pendekatan pengobatan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi mereka.

Selain terapi, dukungan sosial juga memainkan peran penting dalam pemulihan dari eating disorder. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas dapat memberikan dorongan moral dan bantuan praktis yang diperlukan bagi individu yang sedang mengatasi gangguan makan.

Selain itu, perubahan gaya hidup sehat juga dapat membantu dalam pemulihan dan mencegah kambuhnya eating disorder. Ini termasuk menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres dengan efektif.

Penting untuk diingat bahwa mengatasi eating disorder bukanlah perjalanan yang mudah dan seringkali memerlukan waktu yang lama. Namun, dengan dukungan yang tepat dan komitmen untuk berubah, pemulihan adalah hal yang mungkin.

Bagi siapa pun yang merasa bahwa mereka atau orang yang mereka kenal mungkin mengalami eating disorder, penting untuk segera mencari bantuan profesional. Dengan penanganan yang tepat, perubahan positif dapat terjadi, dan hidup yang lebih sehat dan bahagia menjadi mungkin untuk dicapai.

Pos terkait