Mengapa Sabuk PSHT di Sebelah Kiri?

Mengapa Sabuk PSHT di Sebelah Kiri?

Sejarah Sabuk PSHT

Sabuk PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) merupakan salah satu sabuk bela diri yang populer di Indonesia. Sabuk ini dipakai oleh anggota PSHT sebagai tanda penghargaan atas keberhasilan dalam belajar dan berlatih ilmu bela diri.

Tetapi, sebenarnya sabuk PSHT telah ada sejak ratusan tahun lalu dan berasal dari budaya Kediri di Jawa Timur. Awalnya, sabuk ini hanya dipakai oleh para petarung yang ingin menunjukkan kemampuan bela dirinya. Namun seiring dengan perkembangan waktu, sabuk PSHT mulai dikenal dan diminati oleh masyarakat luas sebagai salah satu bentuk olahraga beladiri.

Berdasarkan sejarahnya, sabuk PSHT ini berasal dari aliran terate, yaitu sebuah aliran bela diri yang memiliki falsafah kehidupan. Falsafah tersebut adalah ajaran tentang kelangsungan hidup yang seimbang antara kehidupan manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, sabuk PSHT tidak hanya mengajarkan teknik-teknik beladiri, tetapi juga nilai-nilai moral seperti sopan santun, persahabatan, persatuan, serta penghormatan terhadap sesama manusia.

Saat ini, sabuk PSHT menjadi salah satu simbol identitas anggota PSHT. Selain itu, sabuk PSHT juga digunakan sebagai tanda penghargaan bagi para anggota dan pelatih yang telah berkontribusi dalam pengembangan olahraga beladiri di Indonesia.

Dengan semangat Persaudaraan Setia Hati Terate, sabuk PSHT menjadi bukti kesatuan dan persatuan antara penggemar beladiri di Indonesia. Diharapkan, sabuk PSHT dapat terus menjadi sarana berkumpul dan berlatih bagi para pecinta beladiri dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.

Makna Sabuk PSHT

Sabuk PSHT memiliki makna filosofis yang sangat erat kaitannya dengan ajaran dari aliran Pencak Silat. Sabuk PSHT menjadi identitas dari anggota Pencak Silat setelah berhasil melalui serangkaian ujian dan pelatihan.

Sabuk PSHT hanya dikenakan di sebelah kiri dan biasa disebut sebagai Sabuk Srikandi. Hal ini karena menurut filosofi Pencak Silat, sisi kiri memiliki arti yang sangat penting. Sisi kiri melambangkan perasaan, kelembutan, dan kekuatan darah. Sementara sisi kanan melambangkan kekuatan fisik dan kekuasaan.

Menurut ajaran Pencak Silat, manusia memiliki dua belah sisi yaitu sisi jiwa dan raga. Sisi jiwa melambangkan kesucian dan kemurnian hati, sedangkan sisi raga melambangkan kekuatan fisik dan kemampuan. Hal ini mengandung makna bahwa manusia harus memadukan kekuatan fisik dan kemurnian hati untuk mencapai kesempurnaan dalam hidupnya.

Adapun warna dalam Sabuk PSHT memiliki makna tersendiri. Warna merah melambangkan darah dan semangat juang, warna putih melambangkan kebersihan hati, dan warna hitam melambangkan kebesaran dan kemurnian hati.

Sabuk PSHT juga memiliki arti mutiara yang melambangkan bahwa kebenaran selalu terpendam dan hanya dapat diungkapkan melalui kepekaan hati dan kebijaksanaan. Seperti mutiara, kebenaran juga membutuhkan proses kerja dalam mengumpulkan kebijaksanaan dari ajaran Pencak Silat.

Dengan demikian, Sabuk PSHT tidak hanya sekedar aksesoris, namun juga simbol dari ajaran Pencak Silat. Sabuk PSHT menjadi bukti dari kesungguhan dan keberhasilan seseorang dalam mengikuti latihan dan ujian di aliran Pencak Silat serta menunjukkan kekuatannya dalam mengendalikan sisi fisik dan jiwa.

Posisi Sabuk PSHT di Sebelah Kiri

Sabuk PSHT di Sebelah Kiri

Sabuk PSHT, atau Persaudaraan Setia Hati Terate, merupakan sabuk yang dapat dikenakan oleh anggota PSHT yang telah mendapatkan tingkat keahlian tertentu. Sabuk ini menjadi symbol prestasi dan penghargaan dari berbagai jenis bela diri yang diajarkan di PSHT.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sabuk PSHT dikenakan di sebelah kiri? Apa maknanya bagi anggota PSHT yang mengenakannya?

Menurut tradisi di dalam PSHT, sabuk PSHT sebenarnya dikenakan di bagian pinggang sebelah kiri. Sabuk ini dikenakan di sebelah kiri sebagai simbol penghormatan terhadap lawan yang telah tumbang di tangan kiri. Tidak hanya itu, sabuk PSHT yang dikenakan di sebelah kiri juga menjadi pengingat bagi anggota PSHT untuk selalu berjuang dengan hati yang jernih dan tulus, seiring dengan nilai-nilai yang dianut oleh PSHT.

Simbol dari Sabuk PSHT

 

PSHT, sebagai Persaudaraan Setia Hati Terate, memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh seluruh anggota. Ada 3 nilai dasar yang menjadi simbol dalam sabuk PSHT, antara lain:

  1. Setia Hati – Anggota PSHT harus setia kepada kemanusiaan, lukisan dan cita-cita luhur dari pembinaan kejiwaan.
  2. Bugar Jiwa Raga – Bagaimana memperbaiki dirinya dari segi jasmani dan rohani serta mampu untuk membina diri dan lingkungan sekitarnya.
  3. Persaudaraan – Meningkatkan persatuan dan kesetiakawanan sesama anggota PSHT dengan semangat persaudaraan yang kuat.

Dari nilai-nilai dasar tersebut, menjadi sangat jelas bahwa PSHT bukan hanya tentang bela diri semata, melainkan juga tentang bagaimana menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan bugar jiwa raga. Sebuah perjalanan panjang yang harus diambil oleh setiap anggota PSHT, demi menjadi seorang martial artist yang sejati dan memiliki integritas tinggi.

Proses Penerimaan Sabuk PSHT

Penerimaan sabuk PSHT menjadi bukti bahwa seorang martial artist telah sukses menyelesaikan satu tingkat keahlian tertentu, dan segera dipromosikan ke level yang lebih tinggi. Namun, proses penerimaan sabuk PSHT tidaklah mudah, merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi oleh setiap anggota PSHT.

Proses penerimaan sabuk PSHT mencakup berbagai macam ujian, baik dalam bentuk fisik maupun mental. Dalam tahap ujian verbal, anggota akan mengikuti sebuah tes untuk menguji pemahaman mereka akan filosofi dan nilai-nilai di dalam PSHT. Sementara itu, tahap ujian non-verbal akan menguji kemampuan anggota dalam menguasai berbagai gerakan bela diri PSHT.

Jika setiap anggota berhasil melewati ujian tersebut, maka mereka berhak menerima sabuk PSHT sebagai tanda bahwa mereka telah resmi bergabung ke dalam persaudaraan ini. Sabuk ini juga merupakan pengingat untuk terus bekerja keras dan memberikan yang terbaik dalam setiap latihan dan kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya, sabuk PSHT yang dikenakan di sebelah kiri bukanlah hanya sekadar simbol penghargaan terhadap lawan yang telah tumbang di tangan kiri. Lebih dari itu, sabuk PSHT menjadi pengingat nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh PSHT, dan penghargaan atas masa perjuangan yang telah dilalui oleh setiap anggota untuk menjadi martial artist yang sejati.

Histori Sabuk PSHT

Histori Sabuk PSHT

Sabuk PSHT di sebelah kiri merupakan identitas dari Persaudaraan Setia Hati Terate, organisasi perguruan beladiri yang berasal dari daerah Surakarta, Jawa Tengah. Perguruan ini didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 dengan tujuan untuk mengajarkan seni bela diri dan mengembangkan karakter kepribadian sehingga dapat membentuk pribadi yang kuat dan mandiri.

Pada awalnya, sabuk PSHT tidak selalu dikenakan di sebelah kiri. Namun, pada masa kejayaan perguruan ini antara tahun 1930 hingga 1940-an, sabuk tersebut mulai dikenakan di sebelah kiri sebagai simbol keberanian dan perlawanan terhadap penindasan.

Simbol Perlawanan Terhadap Penindasan

Posisi sabuk PSHT di sebelah kiri juga menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan keberanian untuk menentang ketidakadilan. Di masa penjajahan, perguruan ini menjadi tempat berkumpul dan berlatih bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Hatta, dan Sutomo.

Sabuk PSHT yang dikenakan di sebelah kiri menunjukkan bahwa para anggota siap untuk mempertahankan hak-haknya dan melawan segala bentuk penindasan. Selain itu, sabuk ini juga melambangkan keberanian dan semangat tidak mudah menyerah dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan yang ada.

Makna Warna dan Bentuk Sabuk PSHT

Makna Warna dan Bentuk Sabuk PSHT

Sabuk PSHT memiliki makna tersendiri dalam bentuk dan warnanya. Sabuk tersebut terdiri dari 3 warna yaitu merah, putih, dan hijau yang melambangkan keberanian, kesucian, dan kelembutan. Warna merah melambangkan keberanian dan semangat juang para anggota perguruan untuk melawan penindasan dengan tekad dan keberanian.

Warna putih melambangkan kesucian dan kejujuran para anggota perguruan dalam bertindak. Sementara warna hijau melambangkan kelembutan, ketulusan, dan harmoni dalam perguruan tersebut. Sedangkan bentuk sabuk PSHT memiliki makna sebagai pematang atau penghalang dalam melindungi diri dari segala macam kejahatan dan ancaman yang ada di dunia ini.

Budaya Sabuk PSHT di Masyarakat

Sabuk PSHT bukan hanya menjadi identitas dari perguruan bela diri PSHT saja, namun juga menjadi budaya yang cukup populer di masyarakat. Banyak masyarakat yang mengenakan sabuk PSHT sebagai pengingat akan semangat perjuangan, keberanian, dan kejujuran yang harus ditanamkan dalam diri setiap individu.

Sabuk PSHT juga kerap digunakan sebagai aksesori dalam penampilan sehari-hari maupun acara-acara tertentu seperti pernikahan, sunatan, dan acara lainnya. Bahkan tak sedikit juga masyarakat yang menjadikan sabuk PSHT sebagai koleksi pribadi atau benda bersejarah yang berharga.

Dalam masyarakat, sabuk PSHT menjadi simbol perjuangan dan semangat untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi segala bentuk rintangan dalam hidup. Banyak pula masyarakat yang terinspirasi oleh nilai-nilai sabuk PSHT dalam membangun karakter menjadi lebih kuat, mandiri, dan berani dalam menghadapi kehidupan.

Bersejarahnya Sabuk PSHT di Sebelah Kiri

Sejarah sabuk PSHT yang dipakai di sebelah kiri bermula dari pendirinya, Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Sabuk PSHT memiliki warna hitam yang melambangkan ketidakberpihakan pada pihak manapun. Sang pendiri mengenakan sabuk berwarna hitam di sebelah kiri setelah turun dari kapal Belanda yang membawanya dari Indonesia bagian timur ke Jawa.

Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengambil sabuk hitam tersebut dari seorang bekas panglima perang yang dikalahkan di Jawa Timur. Sabuk itu merupakan salah satu tanda kebangsawanan dari seorang Jawa Timur. Oleh karena itu, Ki Hadjar Hardjo Oetomo memakai sabuk itu di sebelah kiri sebagai bentuk penghormatan pada pendahulu dan budaya warisan di Jawa Timur.

Simbolis Sabuk PSHT di Sebelah Kiri

Sabuk PSHT yang dipakai di sebelah kiri bukan semata fashion atau gaya semata melainkan memiliki makna simbolis bagi para pencak silat PSHT. Sabuk yang dikenakan di sebelah kiri menyatakan bahwa seorang pejuang PSHT menempatkan hati di sisi kiri tubuh, yang berarti mereka selalu berusaha mempertahankan kemurnian hati dalam menjalankan ajaran pencak silat PSHT dan hidup sehari-hari.

Kepanjangan Sabuk PSHT

Kepanjangan Sabuk PSHT

Sabuk PSHT memiliki singkatan dengan kepanjangan yaitu Purworejo Suroboyo Hejo Putih Tangi. Pada kata-kata tersebut memiliki makna yang sangat dalam. Purworejo merupakan tempat perguruan ini berdiri, sedangkan Suroboyo merupakan simbol kota Surabaya sebagai kota Pahlawan, lebih spesifiknya adalah jati diri orang Surabaya yang pantang menyerah dan tangguh. Sedangkan warna hijau pada sabuk PSHT menggambarkan kepribadian seseorang pemimpin.

Hijau dapat menggambarkan seseorang yang toleran, toleransi dalam kepemimpinan sangat diperlukan agar dapat memimpin dan mendapatkan kembali kepercayaan dari anggotanya. Adapun warna putih pada sabuk PSHT menggambarkan bahwa setiap orang yang tergabung dalam perguruan ini adalah putih, bersih, jujur, dan tak berbelit-belit dalam segala hal. Terakhir, Tangi merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa yang bermakna suci.

Intisari Pencak Silat PSHT

Pencak silat PSHT memiliki beberapa intisari penting yaitu ajaran tentang Supremasi Perguruan, Kekeluargaan, Jati Diri, Kejujuran, Ketaqwaan, dan Kemajuan bersama. Selain itu, PSHT juga mengajarkan tentang pentingnya menjalin hubungan dengan anggota perguruan, anggota keluarga, dan masyarakat. Sebuah praktik pencak silat yang baik membutuhkan keseimbangan mental dan fisik, serta sikap menghargai kehidupan dan sesama manusia.

Jalinan Hubungan PSHT di Seluruh Dunia

Percak silat PSHT bukan hanya dikenal di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Pada tahun 1994, PSHT telah memiliki keanggotaan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan sejumlah negara lainnya. Selain itu, banyak anggota PSHT yang menjadi duta di berbagai negara. Melalui jalinan hubungan ini, PSHT berupaya meningkatkan persahabatan antara perguruan PSHT dan perguruan pencak silat lainnya di dunia. PSHT adalah salah satu contoh yang baik dalam membangun kekuatan sosial melalui seni bela diri.

Sejarah Penempatan Sabuk PSHT di Sebelah Kiri

Sejak dahulu, sabuk merupakan bagian tak terpisahkan dari seragam pesilat dalam seni bela diri Pencak Silat. Sabuk sendiri tak hanya berfungsi sebagai pengikat seragam, tapi memiliki simbolik tersendiri bagi pesilat. Setiap warna sabuk memiliki arti yang berbeda sesuai dengan level dan kemampuan pesilat tersebut.

Namun, pada dasarnya penempatan sabuk pada sisi tubuh kanan atau kiri merupakan keputusan dari masing-masing aliran atau perguruan Pencak Silat yang berbeda-beda. Ada yang menempatkan sabuk di sisi kanan atau di pinggang, dan ada juga yang menempatkannya di sisi kiri atau di pinggul.

Khusus pada aliran Pencak Silat PSHT, sabuk selalu dikenakan di sebelah kiri. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan memiliki sejarah dan filosofi tersendiri yang menjadi ciri khas dari aliran ini.

Filosofi Sabuk PSHT

Filosofi Sabuk PSHT

Sabuk PSHT yang dikenakan di sebelah kiri memiliki makna filosofis yang mencakup tiga hal, yaitu keberanian, perlawanan, dan penindasan. Ketiga hal ini membentuk karakter pesilat PSHT yang tangguh dan berani dalam menghadapi segala situasi yang sulit.

Keberanian adalah sifat yang sangat dijunjung tinggi dalam aliran PSHT. Dengan keberanian, pesilat diharapkan mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tegas saat menghadapi lawan yang tangguh atau dalam situasi yang memerlukan keberanian untuk mengambil tindakan.

Perlawanan adalah sikap yang ditumbuhkan dalam diri pesilat PSHT. Sikap ini membawa pesilat untuk tidak pernah menyerah dalam segala situasi dan tetap melawan dengan semangat juang yang tinggi. Dalam melawan, pesilat PSHT diharapkan mampu mempertahankan diri dan juga orang-orang yang dicintainya.

Sementara itu, penindasan menjadi hal yang tidak diinginkan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia bela diri. Pesilat PSHT diharapkan mampu menghindari penindasan dan tidak melakukan tindakan yang sama kepada orang lain.

Sabuk PSHT sebagai Simbol Keberanian dan Perlawanan Terhadap Penindasan

Sabuk PSHT yang dikenakan di sebelah kiri juga menjadi simbol keberanian dan perlawanan terhadap penindasan. Secara visual, sabuk yang menempel di pinggul kiri melambangkan pesilat yang selalu siap dalam menghadapi apapun.

Sabuk yang dikenakan di sebelah kiri juga melambangkan bahwa pesilat PSHT siap untuk melawan penindasan dan segala bentuk ketidakadilan. Dalam hal ini, pesilat PSHT membawa misi pengabdian pada masyarakat dengan semangat yang kuat dan gigih untuk melawan segala bentuk kejahatan dan bahaya yang mengancam keamanan masyarakat.

Sabuk PSHT sebagai Ciri Khas Aliran Pencak Silat PSHT

Sabuk PSHT sebagai Ciri Khas Aliran Pencak Silat PSHT

Penempatan sabuk PSHT di sebelah kiri juga menjadi ciri khas dari aliran Pencak Silat PSHT. Selain dari teknik dan gerakan yang khas, penempatan sabuk di sebelah kiri menjadi ciri yang mudah dikenali oleh orang awam.

Meskipun demikian, hal ini bukanlah tujuan utama dari aliran PSHT. Tujuan utama dari aliran ini adalah untuk membentuk pesilat yang bermental kuat, berkarakter tangguh, dan mampu membawa manfaat bagi masyarakat sekitar.

Kesimpulan

Sabuk PSHT yang dikenakan di sebelah kiri memiliki makna filosofis yang mencakup keberanian, perlawanan, dan penindasan. Hal ini menjadi simbol keberanian dan perlawanan terhadap penindasan, serta menjadi ciri khas dari aliran Pencak Silat PSHT.

Penempatan sabuk di sebelah kiri tidak hanya menjadi ciri khas dari aliran Pencak Silat PSHT, namun juga menjadi simbol kesetiaan pesilat pada aliran ini. Pesilat PSHT yang mengenakan sabuk di sebelah kiri dipercaya akan mampu membawa misi pengabdian dan kedamaian bagi masyarakat sekitar.

Demikian Penjelasan dari pakguru.co.id, terima kasih sudah membaca.

Pos terkait