Kapan Berlangsungnya Zaman Praaksara?

 

Definisi Zaman Praaksara

Zaman Praaksara adalah periode awal manusia sebelum adanya penggunaan tulisan dan catatan sejarah tertulis. Zaman ini ditandai dengan keberadaan manusia purba yang hidup secara nomaden dan mengandalkan alam sebagai sumber kehidupan. Zaman Praaksara di Indonesia diperkirakan dimulai sekitar 1,7 juta tahun yang lalu hingga sekitar 400 SM.

Pada zaman ini, manusia masih hidup secara berkelompok dan mengumpulkan makanan dengan berburu, memancing, dan mengumpulkan buah-buahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Bangunan dan perkakas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masih sangat sederhana, seperti batu untuk menumbuk dan memotong, kayu untuk membuat perahu dan senjata, dan tulang untuk dijadikan alat musik.

Keberadaan Zaman Praaksara di Indonesia bisa ditelusuri melalui peninggalan-peninggalan arkeologi, seperti fosil dan artefak yang ditemukan di beberapa situs purbakala, seperti Sangiran, Ngandong, Trinil, dan lain-lain. Di situs-situs tersebut, ditemukan jejak kehidupan manusia purba yang diyakini hidup di wilayah Indonesia.

Zaman Praaksara di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa masa, yaitu:

1. Masa Paleolitikum (Zaman Batu Tua) yang berlangsung sekitar 1,7 juta tahun yang lalu hingga 10 ribu tahun yang lalu. Pada masa ini, manusia hidup secara nomaden dan menggantungkan hidup dari alam.

2. Masa Mesolitikum (Zaman Batu Pertengahan) yang berlangsung sekitar 10 ribu tahun yang lalu hingga 5 ribu tahun yang lalu. Pada masa ini, manusia mulai bercocok tanam dan hidup secara sedentari.

3. Masa Neolitikum (Zaman Batu Baru) yang berlangsung sekitar 5 ribu tahun yang lalu hingga 2,5 ribu tahun yang lalu. Pada masa ini, manusia sudah mengenal pertanian dan pemukiman tetap.

Zaman Praaksara merupakan masa yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia di Indonesia. Meskipun sangat sulit untuk dipelajari karena tidak ada catatan tertulis, namun peninggalan-peninggalan arkeologis yang ditemukan memberikan banyak informasi tentang kehidupan manusia purba di Indonesia pada masa itu.

Zaman Paleolitikum

Zaman Paleolitikum

Zaman Paleolitikum adalah zaman prasejarah yang didominasi oleh pengumpul dan pemburu manusia. Pada waktu itu, manusia hidup sangat sederhana dan bergantung pada alam sekitar. Mereka mencari makanan dengan cara berburu binatang dan mengumpulkan tumbuhan liar. Kehidupan mereka sangat berorientasi pada alam, dan mereka memiliki kemampuan bertahan hidup di alam bebas yang membutuhkan keterampilan khusus.

Pada zaman Paleolitikum, manusia hidup di gua-gua dan tempat-tempat yang sepi dan terlindung dari alam liar. Mereka membuat alat-alat sederhana dari batu, tulang, tanduk, dan kayu untuk membantu berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka juga memasak makanan dengan cara membakar di dalam gua-gua dan memanfaatkan sumber air terdekat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada masa Paleolitikum, manusia juga mulai mengembangkan keterampilan sosial dan berevolusi. Mereka belajar berkomunikasi satu sama lain dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari makanan. Mereka juga mulai menciptakan seni, seperti lukisan-lukisan di dinding gua. Artefak-artefak yang ditemukan dari zaman ini memberikan petunjuk tentang kehidupan manusia pada masa itu.

Secara umum, zaman Paleolitikum adalah zaman di mana manusia hidup sebagai pengumpul dan pemburu yang sangat bergantung pada alam sekitar. Zaman ini menghasilkan gaya hidup yang sederhana namun penuh keterampilan dan pengalaman. Zaman Paleolitikum menandai awal dari peradaban manusia dan memberikan landasan bagi peradaban yang lebih maju di masa depan.

Zaman Mesolitikum

Zaman Mesolitikum

Pada zaman Mesolitikum, Indonesia masih dihuni oleh manusia yang hidup sebagai peramu atau pemburu-pengumpul. Pada masa ini, manusia sudah mulai mengenal dasar-dasar bercocok tanam dan menjalin hubungan perdagangan dengan kelompok lain.

Manusia pada zaman Mesolitikum hidup secara nomaden dan belum memiliki pemukiman tetap. Mereka hidup di gua-gua atau dibawah naungan batu-batu besar yang terdapat di alam liar. Pada saat musim kemarau tiba, mereka pun bermigrasi ke daerah yang lebih hijau dan berlimpah sumber dayanya.

Para peramu atau pemburu-pengumpul ini menjadikan alam sebagai sumber hidup mereka. Mereka memanfaatkan hutan, sungai, dan lautan untuk mencari makanan. Berbagai jenis ikan, udang, dan kerang menjadi makanan utama mereka yang diperoleh dari hasil penangkapan di laut. Di darat, mereka mencari buah-buahan, kacang-kacangan, dan tumbuhan liar sebagai sumber karbohidrat dan protein.

Pada masa ini, manusia mulai bertani dengan mengenal teknologi sederhana seperti alat-alat pertanian dari batu dan kayu. Mereka membuka lahan pertanian, menanam berbagai jenis tanaman seperti padi, palawija, dan umbi-umbian. Pemahaman mereka tentang tanaman dan proses penanaman masih sangat sederhana. Namun, pergeseran budaya makanan terlihat dari sekedar bertahan hidup di alam liar menjadi menanam sendiri bahan makanan yang dibutuhkan.

Di samping itu, mereka juga mulai menjalin hubungan perdagangan dengan kelompok lain. Barang-barang seperti alat-alat batu, kulit binatang, dan hasil bumi ditukar dengan barang-barang yang tidak dimiliki. Misalnya, mereka menukar hasil kebun dengan jenis makanan atau benda seni dari suku lain. Perdagangan yang dilakukan pada masa ini masih terbatas dan didasarkan pada sistem barter.

Secara keseluruhan, zaman Mesolitikum di Indonesia ditandai dengan adanya pergeseran budaya dari peramu menjadi bertani dan sederhana bertukar barang hingga membentuk kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki hubungan perdagangan antarsuku.

Zaman Neolitikum

Zaman Neolitikum

Zaman praaksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Di Indonesia, zaman praaksara berlangsung sekitar 3000 SM hingga abad ke-7 Masehi. Dalam sejarah arkeologi, zaman praaksara dibagi menjadi beberapa zaman, salah satunya adalah Zaman Neolitikum.

Zaman Neolitikum dikenal sebagai zaman Revolusi Pertanian karena manusia sudah mulai bercocok tanam dan membuat permukiman tetap. Pada zaman ini, manusia di Indonesia sudah mulai mengenal pertanian dan meninggalkan gaya hidup nomaden. Mereka sudah tidak lagi mengandalkan berburu dan meramu sebagai mata pencaharian utama, melainkan beralih pada pertanian dan peternakan.

Perkembangan teknologi juga terjadi pada Zaman Neolitikum. Manusia mulai mengenal penggunaan batu yang lebih besar dan bermacam-macam. Hal ini tercermin dari alat-alat pernak-pernik yang ditemukan di berbagai situs arkeologi di Indonesia, seperti gerabah, tembikar, dan kapak.

Selain itu, pada Zaman Neolitikum juga terdapat perkembangan dalam sistem sosial dan budaya. Manusia sudah mulai hidup dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan kompleks, memiliki pemimpin atau kepala suku, serta menjalin hubungan perdagangan dengan kelompok lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil penggalian di situs arkeologi, seperti di Gua Harimau, Lenggong, dan Gua Babi.

Saat ini, peninggalan-peninggalan dari Zaman Neolitikum masih dapat ditemukan di beberapa situs arkeologi di Indonesia, salah satunya di Rumah Budaya Leang-Leang, Makassar. Rumah Budaya Leang-Leang merupakan situs arkeologi yang ditemukan pada tahun 1970-an dan menjadi saksi bisu peradaban manusia di masa lampau. Di dalam situs ini terdapat gua-gua yang menjadi tempat manusia dari zaman Neolitikum membuat lukisan dan meninggalkan jejak-jejak kehidupan mereka.

Zaman Perunggu

Zaman Perunggu di Indonesia

Zaman Perunggu adalah zaman di mana manusia mulai menggunakan logam untuk membuat alat-alat dan senjata. Di Indonesia sendiri, zaman ini diperkirakan terjadi sekitar 1500 SM hingga 500 SM. Pada zaman ini, perunggu menjadi bahan baku yang paling umum digunakan dalam pembuatan peralatan dan senjata karena logam ini mudah ditemukan dan diolah.

Manusia pada zaman perunggu juga telah mulai mengenal pola bercocok tanam dan memelihara hewan peliharaan. Namun, penggunaan logam ini tidak mempengaruhi cara hidup manusia secara signifikan. Manusia masih hidup sebagai pemburu-pengumpul dan petani.

Di beberapa daerah di Indonesia, seperti Sumatra Selatan dan Kalimantan, telah ditemukan situs-situs arkeologi yang menunjukkan keberadaan kebudayaan zaman perunggu. Beberapa artefak dari zaman perunggu yang ditemukan di Indonesia antara lain kapak perunggu, gelang, dan gendang.

Di Jawa Tengah, terdapat situs Trowulan yang merupakan bekas ibu kota kerajaan Majapahit pada abad ke-14 Masehi. Dalam situs tersebut, ditemukan artefak perunggu seperti kapak, cangkul, dan belati.

Meskipun zaman perunggu di Indonesia belum memiliki pengaruh besar dalam peradaban manusia, namun zaman ini merupakan awal dari penggunaan logam untuk kepentingan manusia.

Zaman Besi

Zaman Besi

Pada zaman ini, manusia mulai menggunakan teknologi pembuatan besi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ditemukan pada masa 500 SM, zaman ini sangat penting bagi peradaban manusia karena besi menjadi bahan yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam peralatan, senjata, dan alat-alat pertanian yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas manusia.

Di Indonesia, zaman besi dimulai pada masa sekitar 500 SM hingga 500 M. Saat itu, masyarakat Indonesia sudah mulai mengenal besi dan membuat peralatan seperti kapak, tombak, dan peralatan pertanian dari bahan besi.

Bukan hanya di dalam negeri, Indonesia juga menjadi sentra perdagangan besi pada masa itu. Sejarah mencatat bahwa pada zaman besi, Indonesia telah melakukan hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain, terutama Asia Tenggara.

Namun, tidak seperti di daerah lain di Asia Tenggara, teknologi pembuatan besi di Indonesia tidak berkembang pesat. Para ahli sejarah memperkirakan karena ketergantungan pada bahan dasar atau kandungan logam dalam bijih besi yang berbeda-beda di setiap wilayah di Indonesia sehingga tidak mampu menjamin kualitas produksi secara konsisten.

Secara garis besar, zaman besi menjadi fondasi awal bagi perkembangan peradaban manusia. Hal ini juga terbukti dengan ditemukannya peninggalan zaman besi di Indonesia seperti artefak bersejarah dari zaman itu seperti Kapak Persegi, Kapak Genggam, Tombak, Pedang, serta gerabah dan topeng-logam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *