Perbedaan Identitas Primer dan Sekunder

Identitas Primer dan Sekunder

Identitas Primer dan Sekunder | Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, suku, agama, serta bahasa. Setiap individu memiliki identitas yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang dan pengalaman hidupnya. Identitas merupakan suatu hal yang penting untuk memperkuat jati diri seseorang dan juga dapat mempengaruhi tindakan serta perilaku seseorang.

Ada dua jenis identitas utama, yaitu identitas primer dan identitas sekunder. Identitas primer merupakan karakteristik yang tidak dapat diubah dan sudah ada sejak lahir. Sementara identitas sekunder adalah karakteristik yang bisa diubah dan berkembang seiring waktu. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian dari kedua jenis identitas tersebut.

Identitas Primer

Identitas primer adalah sifat-sifat yang sudah terbentuk sejak lahir atau saat individu mengalami proses pembentukan fisik awal. Identitas ini tidak dapat diubah atau dipilih, karena sudah menjadi bagian dari diri seseorang sejak lahir. Identitas primer meliputi faktor-faktor seperti:

  • Agama
  • Suku atau ras
  • Warna Kulit
  • Gender atau jenis kelamin
  • Tanggal lahir

Agama merupakan hal penting yang sangat dijaga di Indonesia, karena negara ini memiliki beragam agama. Agama bisa menjadi pilihan dalam hidup, tetapi beberapa orang juga mewarisi agama dari keluarga mereka. Keturunan suku atau ras juga termasuk dalam identitas primer, dan biasanya orang Indonesia sangat menghargai kebudayaan dan adat istiadat suku mereka.

Identitas Sekunder

Identitas sekunder merupakan hal-hal yang dipilih atau dibentuk oleh individu seiring berjalannya waktu. Identitas ini bisa berkembang dan berubah sesuai keadaan atau pengalaman seseorang. Identitas Sekunder meliputi faktor-faktor seperti:

  • Pendidikan
  • Pekerjaan
  • Status Pernikahan
  • Tempat Tinggal
  • Hobi
  • Bentuk Tubuh

Identitas sekunder sangat dipengaruhi oleh seseorang sendiri, karena bisa dipilih, dibentuk atau dirubah. Pendidikan dan pekerjaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga bisa membentuk identitas sekunder mereka. Status pernikahan dan tempat tinggal juga menjadi faktor menentukan identitas sekunder seseorang. Hobi atau kegemaran juga bisa menjadi salah satu bagian dari identitas sekunder seseorang.

Jadi, identitas primer dan sekunder adalah hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Identitas primer tidak bisa diubah sedangkan identitas sekunder bisa dipilih dan dipengaruhi oleh seseorang sendiri. Identitas bisa menonjolkan keunikannya serta membantu seseorang memperkuat jati dirinya.

Contoh Identitas Primer

Identitas primer adalah sekelompok identitas yang menunjukkan jati diri seseorang. Di Indonesia, identitas primer meliputi beberapa hal seperti jenis kelamin, suku, dan golongan darah. Identitas primer biasanya bersifat statis dan tidak bisa diubah. Identitas primer ini sudah ada sejak manusia dilahirkan ke dunia.

Jenis kelamin adalah identitas primer yang menunjukkan perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan. Bayi yang baru dilahirkan biasanya sudah diklasifikasikan berdasarkan jenis kelaminnya. Laki-laki memiliki organ reproduksi luar berupa penis, sedangkan perempuan memiliki organ reproduksi luar berupa vagina. Identitas jenis kelamin ini sangat penting dalam membedakan tugas, peran, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan di masyarakat.

Suku adalah identitas primer yang mencerminkan keturunan seseorang. Di Indonesia, terdapat lebih dari 300 suku bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan. Suku menjadi identitas yang penting untuk mendefinisikan kebudayaan, adat istiadat, serta etnis masing-masing daerah di Indonesia.

Identitas suku juga mempunyai pengaruh yang besar dalam penentuan pasangan hidup karena beberapa kelompok masyarakat memiliki aturan yang ketat dalam memilih pasangan hidup.

Golongan darah adalah identitas primer yang disebabkan oleh komposisi darah seseorang. Golongan darah tersusun atas beberapa jenis, yaitu A, B, AB, dan O yang masing-masing dapat memiliki rhesus positif atau negatif.

Identitas golongan darah sangat penting untuk menentukan kesesuaian donor darah ketika terjadi kecelakaan atau operasi yang membutuhkan transfusi darah. Informasi tentang golongan darah juga menunjukkan kemungkinan terjadinya beberapa penyakit yang diturunkan dari orang tua.

Secara keseluruhan, identitas primer sangat penting untuk menentukan jati diri seseorang. Identitas ini bawaan sejak lahir dan sangat sulit untuk diubah. Setiap individu mempunyai identitas primer yang unik, yang membedakannya dengan orang lain. Identitas primer harus dikelola dan dijaga dengan baik, agar tidak menimbulkan diskriminasi atau prasangka yang tidak perlu.

Contoh Identitas Sekunder

Identitas primer mencakup faktor-faktor seperti keluarga, keturunan, dan ciri fisik. Sementara itu, identitas sekunder terdiri dari aspek-aspek dalam kehidupan seseorang yang muncul sebagai akibat dari pengalaman dan lingkungan sekitar. Beberapa contoh identitas sekunder yang umum di Indonesia mencakup pekerjaan, hobi, agama, serta preferensi sosial.

Pekerjaan merupakan salah satu identitas sekunder yang paling sering dikenali. Profesi yang dilakukan oleh seseorang dapat memberikan gambaran tentang kepribadian, nilai, serta keterampilan yang dimiliki.

Sebagai contoh, seorang dokter mungkin digambarkan sebagai orang yang peduli dengan kesehatan orang lain dan sangat terampil dalam mendiagnosis penyakit. Di sisi lain, seorang penyanyi mungkin digambarkan sebagai orang yang kreatif dan senang berada di bawah sorotan.

Hobi juga dapat menjadi identitas sekunder seseorang. Hobi mencerminkan ketertarikan dan preferensi pribadi seseorang. Hobi yang berbeda dapat mengungkapkan keberagaman individualitas dan kesukaan. Misalnya, seseorang yang gemar memasak mungkin memiliki identitas sebagai seorang chef atau tukang masak, sementara seseorang yang menyukai olahraga mungkin dikenal sebagai atlet atau pecinta olahraga tertentu.

Agama juga dapat menjadi bagian dari identitas sekunder seseorang. Agama membentuk cara pandang, nilai, dan kepercayaan seseorang. Selain itu, agama juga memiliki budaya dan tradisi yang khas, sehingga memperkuat identitas sekunder seseorang sebagai penganut agama tertentu. Di Indonesia, agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu memiliki pengikut yang cukup luas, dan setiap pengikut agama tersebut memiliki nilai dan identitas unik masing-masing.

Preferensi sosial juga dapat menjadi identitas sekunder seseorang. Hal ini mencakup preferensi dalam urusan politik, gaya hidup, atau bahkan makanan dan minuman. Secara sederhana, preferensi sosial dapat dijelaskan sebagai pandangan atau pilihan seseorang tentang hal-hal yang terkait dengan kehidupan sosial.

Sebagai contoh, seseorang yang mengikuti gaya hidup vegan mungkin memiliki identitas sebagai “vegan” dan membawa sejumlah kepercayaan dan nilai sehingga ia mendefinisikan dirinya sebagai seorang yang peduli pada isu lingkungan dan kesehatan.”

Secara singkat, identitas sekunder mencerminkan beragam aspek dalam kehidupan seseorang dan berkembang seiring dengan pengalaman hidup dan lingkungan sekitar. Identitas ini memberikan gambaran tentang kepribadian, nilai, dan preferensi pribadi seseorang.

Bagaimana Membangun Identitas yang Sehat

Untuk membangun identitas yang sehat, seseorang perlu melakukan beberapa hal, seperti:

1. Mengakui dan menerima identitas primer sebagai bagian dari diri sendiri, tanpa merendahkan atau menjelekkan. Ini juga berarti menghormati identitas primer orang lain dan membangun kerja sama yang bermanfaat antara berbagai kelompok sosial.

2. Mengekspresikan identitas sekunder dengan cara yang positif dan sesuai dengan nilai sosial. Misalnya, jika seseorang memiliki hobi membuat seni, ia dapat mengekspresikan kreativitasnya dan mendapatkan apresiasi dari orang lain. Namun, jika hobi tersebut mengganggu orang lain atau bertentangan dengan nilai sosial yang berlaku, maka perlu mencari alternatif yang lebih positif.

3. Mempertimbangkan konteks sosial saat mengekspresikan identitas sekunder. Apakah lingkungan sosial mendukung atau menentang cara yang dipilih untuk mengekspresikan diri? Apakah ada cara yang lebih sesuai untuk mengekspresikan identitas tersebut dalam konteks yang berbeda?

4. Melakukan refleksi diri dan pengembangan diri secara terus-menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca buku, pelatihan atau kursus, berkonsultasi dengan ahli, atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki nilai dan minat yang sama.

5. Berani mengambil risiko dan mencoba hal baru. Memperluas zona nyaman dan menantang diri sendiri dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian.

6. Berinteraksi dengan orang lain secara positif dan terbuka. Membangun hubungan sosial yang sehat dan saling menghargai dapat membantu memperkuat identitas dan memperluas wawasan.

Demikian Penjelasan dari pakguru.co.id, terima kasih sudah membaca.

Pos terkait