Hukum Tajwid Surat Al Anfal Ayat 72

Pengantar

Halo Pembaca Pakguru.co.id,

Selamat datang kembali di situs kami yang selalu memberikan informasi dan pengetahuan bagi Anda. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang hukum tajwid Surat Al Anfal Ayat 72. Tajwid merupakan suatu aturan atau kaidah dalam membaca Al-Qur’an dengan memperhatikan kualitas atau tartil bacaan, khususnya dalam pengucapan huruf-huruf yang ada dalam Al-Qur’an.

Dalam Surat Al Anfal Ayat 72, terdapat beberapa hukum tajwid yang perlu diperhatikan agar bacaan kita lebih baik dan sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan. Mari kita simak penjelasan lebih lanjut mengenai hukum tajwid Surat Al Anfal Ayat 72 ini.

Pendahuluan

1. Hukum Izhar

Hukum izhar dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila huruf nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf mim sukun atau tanwin, maka huruf nun atau tanwinya harus diucapkan dengan jelas dan tidak terdengar desis.

Contohnya pada kata “min”, huruf nun harus diucapkan dengan nyaring seperti huruf “n” pada kata “nano”. Dalam membaca ayat ini, kita perlu menjaga agar nun dan mim tidak bergabung menjadi satu suara melainkan tetap terdengar terpisah.

2. Hukum Idgham Bighunnah

Hukum idgham bighunnah dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila huruf nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba yang sukun, maka pelafalan nun atau tanwinya harus disatukan dengan huruf ba dan huruf nun atau tanwinya harus terdengar seperti nun ya yang dimadukan dengan bacaan bunyi ng.

Contohnya pada kata “bika”, huruf nun dan huruf ba harus digabungkan sehingga diucapkan sebagai “bunyinya”. Dalam memahami hukum ini, kita perlu memperhatikan agar nun dan ba tidak diucapkan secara terpisah melainkan harus disatukan.

3. Hukum Idgham Bilagunnah

Hukum idgham bilagunnah dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila huruf nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ya atau wau, maka pelafalan nun atau tanwinya harus disatukan dengan huruf ya atau wau dan harus terdengar seperti nun ya yang berbunyi n dan nun wau yang berbunyi w.

Contohnya pada kata “linafsi”, huruf nun dan huruf ya harus digabungkan sehingga diucapkan sebagai “linyasi”. Dalam menerapkan hukum ini, kita perlu menjaga agar nun dan ya tidak diucapkan secara terpisah melainkan harus disatukan.

4. Hukum Idgham Mimi

Hukum idgham mimi dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila bertemu dengan huruf mim sukun, maka pelafalan mim tersebut harus digabung dengan huruf berikutnya yang tidak berhuruf nun atau tanwin dan harus terdengar seperti huruf mim yang dimadukan dengan bacaan bunyi ng.

Contohnya pada kata “mimma”, huruf mim tidak diucapkan secara terpisah melainkan harus digabung dengan huruf ma. Di sini, kita perlu menjaga agar mim dan ma terdengar bersatu.

5. Hukum Iqlab

Hukum iqlab dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila bertemu dengan huruf ba yang sukun, maka pelafalan nun atau tanwinya harus digantikan dengan bunyi membumi pada huruf ba tersebut sehingga terdengar seperti bunyi ‘m’.

Contohnya pada kata “bittakhyi”, pelafalan nun pada kata tersebut digantikan dengan bunyi ‘m’ sehingga diucapkan sebagai “bittakhyimi”. Dalam mengikuti hukum ini, kita perlu menggantikan nun dengan bunyi ‘m’ agar lebih sesuai dengan tuntunan.

6. Hukum Ikhfa

Hukum ikhfa dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila huruf nun sukun atau tanwin dibaca dengan ucapan yang diketemukan secara ringkas atau terdengar sangat tipis.

Contohnya pada kata “sabab”, pelafalan nun pada kata tersebut terdengar sangat ringkas atau tipis sehingga diucapkan sebagai “sabab”. Dengan memahami hukum ikhfa, kita perlu mengucapkan nun dengan gaya pelafalan yang lebih ringkas.

7. Hukum Iztishan

Hukum iztishan dalam membaca Surat Al Anfal Ayat 72 adalah apabila terdapat huruf nun sukun atau tanwin kemudian bertemu dengan huruf tsa atau tf yang sukun, maka pelafalan nun atau tanwinya harus disatukan dengan huruf tsa atau tf dan terdengar seperti nun yang digembleng dengan bacaan huruf s selama waktu yang sangat lama.

Contohnya pada kata “tsa’thif”, nun pada kata tersebut harus digabungkan dengan huruf tsa sehingga diucapkan sebagai “tsa’tsif”. Dalam mengenal hukum iztishan ini, kita perlu menjaga agar nun dan tsa tidak diucapkan secara terpisah, melainkan harus disatukan.

Kesimpulan

Setelah memahami hukum tajwid Surat Al Anfal Ayat 72 ini, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting yang harus diingat dan diterapkan saat membaca Al-Qur’an. Pertama, perhatikan hukum izhar agar nun dan mim tidak bergabung menjadi satu suara. Kedua, dalam hukum idgham bighunnah, satukan nun dengan huruf ba dan diucapkan seperti nun ya dimadukan dengan bacaan bunyi ng. Ketiga, dalam hukum idgham bilagunnah, satukan nun dengan huruf ya atau wau dan diucapkan seperti nun ya yang berbunyi n atau nun wau yang berbunyi w. Keempat, dalam hukum idgham mimi, satukan mim dengan huruf berikutnya dan diucapkan secara bersamaan. Kelima, dalam hukum iqlab, gantikan pelafalan nun menjadi bunyi ‘m’ saat bertemu dengan huruf ba. Keenam, dalam hukum ikhfa, pelafalan nun menjadi sangat tipis atau ringkas. Ketujuh, dalam hukum iztishan, satukan nun dengan huruf tsa atau tf dan diucapkan seperti nun yang digembleng dengan bacaan huruf s.

Dengan memperhatikan dan menerapkan hukum-hukum tajwid ini, kita dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dan sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan. Melalui pembacaan Al-Qur’an yang baik, semoga kita mendapatkan keberkahan dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

Kata Penutup

Terimakasih sudah membaca artikel ini tentang hukum tajwid Surat Al Anfal Ayat 72 di situs pakguru.co.id. Kami berharap artikel ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi Anda dalam memahami tajwid yang lebih baik. Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar, jangan ragu untuk menghubungi kami. Sampai jumpa pada artikel-artikel berikutnya di situs kami. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Wassalamualaikum wr. wb.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *