Historiografi kritis adalah studi tentang sejarah yang mengkritisi sumber-sumber atau narasi yang telah ada tentang suatu peristiwa atau fenomena sejarah. Dalam perkembangannya, historiografi kritis telah membantu menemukan sumber-sumber yang terlupakan dan memecahkan teka-teki historis yang belum terjawab.
Di Indonesia, historiografi kritis mulai berkembang pada era Reformasi tahun 1998. Pada masa Orde Baru, sejarah Indonesia lebih banyak ditulis oleh para sejarawan yang bersikap pro-pemerintah dan meremehkan karya-karya sejarawan non-Indonesia. Hal ini menjadi alasan mengapa sumber-sumber sejarah yang berasal dari luar negeri kurang dieksplorasi dan padahal dapat menyajikan perspektif yang berbeda dan objektif.
Melalui pendekatan historiografi kritis, para sejarawan Indonesia di masa Reformasi mengevaluasi sumber-sumber sejarah yang tepercaya dan mencari sumber-sumber baru yang belum dieksplorasi. Dalam menulis sejarah Indonesia, para sejarawan menggunakan pendekatan yang lebih kritis dan objektif untuk membuka akses terhadap berbagai perspektif tentang peristiwa sejarah.
Namun, penggunaan historiografi kritis dalam studi sejarah Indonesia tidak selalu diterima dengan baik oleh semua pihak. Ada sebagian kelompok yang merasa bahwa pendekatan ini cenderung merusak citra negara dan merusak identitas nasional. Oleh sebab itu, historiografi kritis harus disikapi dengan bijak agar tetap sesuai dengan prinsip akademik yang tidak berpihak dan berkeadilan.
Penggunaan pendekatan historiografi kritis dalam sejarah Indonesia sangat penting untuk menghasilkan penelitian yang akurat dan objektif. Dalam merangkai kembali cerita sejarah tanah air, keberagaman sudut pandang hendaknya dihargai dan dihayati sebagai sumber inspirasi dan amunisi dalam proses menghadirkan cerita yang utuh dan memiliki kredibilitas yang tinggi.
Pengertian Historiografi Kritis
Historiografi kritis adalah bentuk kajian tentang sejarah yang menempatkan kritis sebagai landasan utamanya. Inti dari historiografi kritis adalah mengevaluasi, menafsirkan, dan meneliti kembali narasi sejarah yang sudah ada dengan menggunakan bahan-bahan baru yang terus muncul. Hal ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan sebuah kajian sejarah yang akurat, obyektif, dan sesuai dengan kondisi sejarah yang terjadi.
Suatu kisah sejarah memiliki kemungkinan bias yang bisa dimengerti karena pada umumnya kisah tersebut ditulis atas presepsi dan pandangan penulis pada masa tertentu. Bias tersebut mungkin berasal dari penulis yang seorang protagonis, lembaga tertentu, atau bahkan mungkin media massa.
Sejalan dengan perkembangan zaman, bidang sejarah mengalami perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan kajian sejarah yang objektif semakin meningkat. Sinyal permintaan muncul ketika ada beberapa insiden, seperti terungkapnya fakta-fakta sejarah baru yang banyak mengubah narasi sejarah global.
Dalam melihat objektivitas sebuah kajian, ada beberapa faktor yang harus dihiraukan. Faktor pertama adalah waktu dan hubungannya terhadap narasi sejarah, dimana kritik dapat membantu melihat narasi yang lebih utuh dari suatu masa tertentu. Faktor kedua adalah keterkaitan narasi tersebut dengan aktor, dimana kritik digunakan untuk menentukan pandangan objektif terhadap aktor tertentu dan pantulan kontribusinya pada sejarah.
Dalam menjalankan historiografi kritis, ada beberapa prinsip yang dipegang untuk memproduksi sebuah kajian sejarah yang objektif dan valid. Prinsip pertama adalah kajian sejarah harus berdasarkan bukti. Prinsip kedua adalah kajian sejarah harus dilakukan dengan logika yang baik. Prinsip ketiga adalah kajian sejarah harus memperhatikan konteks sejarah pada saat itu. Melalui prinsip-prinsip tersebut, kajian sejarah akan menghasilkan hasil yang objektif dan berguna untuk penambahan pemahaman terhadap suatu peristiwa atau tokoh dalam sejarah.
Sejarah sangat penting untuk bisa memahami masa lalu dan berperan penting dalam membentuk identitas bangsa dan kebudayaan. Sejarah juga dapat memberikan banyak manfaat yang berguna bagi perkembangan masa depan. Oleh karena itu, perlu adanya historiografi kritis sebagai filter untuk dapat mempersempit bias yang muncul dan memproduksi data yang objektif dan benar. Hal ini untuk menghasilkan pemahaman yang lebih akurat tentang suatu peristiwa atau individu dalam sejarah.
Sejarah dan Asal Usul Historiografi Kritis
Historiografi adalah studi tentang sejarah dan cara penyusunan narasi sejarah. Ada banyak sudut pandang yang digunakan dalam penyusunan sejarah, dan hal ini menimbulkan berbagai macam versi sejarah yang berbeda-beda. Historiografi kritis adalah pendekatan kritis dalam menjalankan studi tentang sejarah.
Pendekatan ini benar-benar mempertanyakan tentang kebenaran narasi sejarah yang telah dibentuk oleh orang-orang sebelumnya. Sebagian besar orang menganggap narasi sejarah itu benar-benar akurat, padahal dalam faktanya masih banyak kekurangan dalam penyusunan narasi sejarah itu sendiri. Oleh karena itu, historiografi kritis berupaya untuk memahami apa yang terjadi di masa lalu dengan lebih teliti lagi, dan tidak hanya mengandalkan versi sejarah yang sudah umum dipahami.
Historiografi kritis mulai muncul pada awal abad ke-20, terutama di kalangan ilmuwan sosial dan humaniora. Studi-studi awal yang mengarah pada historiografi kritis adalah kajian tentang sejarah ekonomi dan kajian tentang sejarah kultur.
Sejarah ekonomi mulai dikembangkan oleh sejarawan seperti Karl Marx, Max Weber dan Thorstein Veblen. Mereka telah menunjukkan bahwa sejarah ekonomi bukan hanya tentang pertukaran barang dan jasa saja, tetapi juga tentang kekuatan politik yang merangkum sejarah manusia itu sendiri.
Sementara itu, kajian tentang sejarah kultur dikembangkan oleh sejarawan seperti Johann Gustav Droysen, Wilhem Dilthey dan Max Weber. Mereka mengidentifikasi fakta bahwa narasi sejarah dipengaruhi oleh para penulisnya. Kajian ini membantu memaksa para sejarawan untuk lebih objektif dalam menulis narasi sejarah.
Pada tahun 1960-an, historiografi kritis semakin populer, terutama di kalangan ilmuwan sosial dan ilmu humaniora. Dalam perkembangan selanjutnya, sejarawan sosial dan ilmuwan humaniora serta antropologis, mulai mengembangkan lebih jauh teori dan metodologi tentang historiografi kritis.
Sejarawan seperti Michel Foucault dan Hayden White membawa banyak kontribusi ke dalam pengembangan historiografi kritis. Michel Foucault mengembangkan teori tentang sejarah sebagai kekuasaan. Ia mempertanyakan kepemilikan pengetahuan dan pemaknaan atas sejarah secara keseluruhan. Sementara itu, Hayden White mengajukan bahwa sejarah dibangun dalam bentuk narasi. Narasi sejarah selalu memiliki struktur dan genre masing-masing. White kemudian mengajukan gagasan tentang mitos-mitos sejarah yang membentuk peradaban manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, munculah beberapa aliran historiografi kritis, seperti feminisme, postkolonialisme, dan teori kritis rasial. Sekarang, dimungkinkan untuk memiliki pengakuan yang lebih baik tentang berbagai kelompok dan subyek tertentu dalam sejarah, yang dulu tidak mudah terwakili dalam narasi sejarah tradisional.
Dalam konteks Indonesia sendiri, historiografi kritis juga mendapat tempatnya. Meskipun tidak secara eksplisit disebut sebagai konsep terpisah, banyak penelitian di bidang sejarah di Indonesia yang pada dasarnya merupakan penerapan dari prinsip-prinsip historiografi kritis.
Sejarah di Indonesia masih banyak yang membahas tentang masa penjajahan Belanda. Namun, banyak historiografi kritis juga mengkaji kembali sejarah pemerintahan Indonesia pasca-kemerdekaan. Studi tentang masa penjajahan Jepang dan studi tentang hubungan antara pemerintah Indonesia dengan tentara pendudukan Belanda di berbagai daerah juga semakin banyak dilakukan.
Penerapan konsep historiografi kritis di Indonesia tidak terbatas pada kajian tentang masa lalu saja, tapi juga pada konteks politik dan sosialnya juga. Beberapa penelitian mengkaji dampak dari konflik SARA di masa lampau, atau studi tentang bagaimana orang-orang biasa memandang sejarah melalui sudut pandang yang berbeda-beda.
Hal ini berarti bahwa konsep historiografi kritis tidak hanya digunakan sebagai alat bantu dalam memahami sejarah sebagai narasi, tetapi juga sebagai alat bantu dalam memahami konflik sosialnya.
Tujuan dan Manfaat dari Historiografi Kritis
Historiografi kritis dikenal sebagai suatu pendekatan dalam menghasilkan pengetahuan sejarah melalui pemilahan dan kritik sumber-sumber sejarah dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang benar terhadap masa lalu. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di masa lalu, tetapi juga bertujuan untuk menilai dan merefleksikan kembali cara pandang, interpretasi, dan nilai-nilai yang digunakan dalam menghasilkan pengertian sejarah.
Tujuan dari historiografi kritis adalah untuk menghasilkan interpretasi sejarah yang lebih akurat, tidak bias, dan bernilai kritis. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang sejarawan harus dapat membaca, menganalisis, dan mengevaluasi berbagai sumber sejarah dengan hati-hati dan kritis. Selain itu, historiografi kritis juga mencoba untuk memahami sejarah dalam konteks yang lebih luas, termasuk konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada masa lalu.
Dalam mencapai tujuannya, historiografi kritis juga memberikan manfaat yang sangat berharga. Beberapa manfaat tersebut antara lain:
1. Menghasilkan interpretasi sejarah yang lebih akurat
Historiografi kritis membantu para sejarawan untuk memahami sumber-sumber sejarah dengan lebih cermat dan kritis, sehingga dapat menghasilkan interpretasi sejarah yang lebih akurat dan tidak bias. Sebuah pengetahuan yang akurat tentang masa lalu akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan memungkinkan orang untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam masa kini dan masa yang akan datang.
2. Membantu pengembangan wawasan dan pandangan baru
Dengan menggunakan historiografi kritis, sejarawan dapat membuka pandangan baru tentang masa lalu. Dengan mengeksplorasi sumber sejarah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada masa lalu, sejarawan dapat menghasilkan wawasan baru dan pandangan baru tentang peristiwa dan tokoh yang terjadi di masa lalu.
3. Mendorong penghormatan dan toleransi atas perbedaan budaya
Historiografi kritis mendorong penghormatan dan toleransi atas perbedaan budaya. Dengan memahami konteks sosial dan budaya pada masa lalu, historiografi kritis dapat membawa pemahaman dan penghargaan pada perbedaan budaya dan mendorong pengembangan pemikiran yang terbuka dan toleran pada keberagaman budaya di masa kini.
4. Menghilangkan prasangka dan diskriminasi
Dengan menggunakan pendekatan yang kritis dan objektif, historiografi kritis dapat membantu menghilangkan prasangka dan diskriminasi. Sejarawan yang menggunakan metode historiografi kritis akan menjauhkan diri dari sudut pandang yang subjektif dan mencoba memahami sejarah dengan lebih luas dan menyeluruh. Dengan cara ini, historiografi kritis dapat membantu melawan prasangka dan kebencian yang mungkin muncul sebagai akibat dari sudut pandang yang sempit dan tidak obyektif.
Dalam kesimpulannya, historiografi kritis merupakan pendekatan yang sangat penting dalam menghasilkan pengetahuan sejarah yang akurat, tidak bias, dan bernilai kritis. Manfaat dari pendekatan ini meliputi interpretasi sejarah yang lebih akurat, pengembangan wawasan dan pandangan baru, penghormatan dan toleransi atas perbedaan budaya, serta penghilangan prasangka dan diskriminasi.
Pendekatan dan Metode Penelitian dalam Historiografi Kritis
Historiografi kritis adalah sebuah cabang Ilmu Sejarah yang mengkaji kembali sejarah yang telah ditulis sebelumnya sehingga tercipta pengertian sejarah yang baru. Historiografi kritis juga mencoba melacak faktor apa saja yang memengaruhi cara pandang sejarah suatu zaman dan bagaimana konteks tersebut mempengaruhi cara menulis sejarah. Seperti apa pendekatan dan metode penelitian dalam historiografi kritis?
Pendekatan Historiografi Kritis
Pada awalnya, sejarah diperhitungkan sebagai ilmu yang bersifat netral, objekting, dan berlandaskan pada fakta. Namun, melihat penyampaian sejarah yang ada, muncul pandangan bahwa sejarah yang disampaikan selalu dipengaruhi oleh kepentingan penulis dan konteks historis tertentu. Oleh karena itu, pendekatan historiografi kritis memperhitungkan aspek-aspek ini, ia menganggap bahwa interpretasi sejarah tidak dapat dipisahkan dari kepentingan penulis atau pandangan politik di suatu waktu tertentu.
Historiografi kritis melihat bahwa faktor subyektivitas yang dihadirkan oleh pengarang dapat menghasilkan suatu ‘sejarah palsu’. Sebaliknya, kenyataan objektif dari sejarah haruslah menjadi prioritas utama. Pada dasarnya, pendekatan ini dilakukan dengan cara menganalisis sejarah yang telah ada dari perspektif berbeda sesuai konteks kajian. Pendekatan historiografi kritis tidak hanya menghadirkan perspektif objektif tetapi juga melihat perkembangan ideologis dan berbagai konteks sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi masa lalu.
Metode Penelitian Historiografi Kritis
Pada dasarnya, metode penelitian historiografi kritis tidaklah berbeda jauh dengan metode penelitian dalam ilmu sejarah pada umumnya. Metode yang digunakan tetap berlandaskan pada analisis dokumen, riset lapangan, wawancara, penggunaan sumber arsip dan prasasti. Tidak jarang, metode penelitian historiografi kritis juga menggunakan data dan sumber terbaru dari hasil penelitian lain untuk melihat perspektif sejarah yang lebih luas dan seragam. Khas dari metode penelitian historiografi kritis adalah penggunaan pendekatan analitis yang lebih spesifik dan perspektif yang lebih holistik.
Salah satu metode penelitian yang biasa digunakan oleh kalangan peneliti historiografi kritis adalah ‘kritik sumber’. Dalam penggunaannya, metode ini menekankan pada analisis kritikal terhadap sumber yang digunakan, baik dari segi isi, keabsahan, keakuratan ataupun kelemahan yang ada. Melalui metode ini, peneliti dapat menemukan sudut pandang yang berbeda dengan penulis sebelumnya. Sebagai gantinya, peneliti dapat menciptakan kesimpulan baru yang bisa menambahkan pertimbangan bagi sejarah yang ada.
Selain itu, metode analisis kekuasaan juga digunakan dalam penelitian historiografi kritis. Analisis kekuasaan mencakup pemahaman dan kajian atas struktur otoritas dalam konteks masa lalu tertentu. Dalam hal ini, analisis kekuasaan diarahkan pada tiga hal, yakni: siapa yang memiliki kekuasaan, siapa yang tidak memiliki kekuasaan dan bagaimana mereka memperoleh kekuasaan. Melalui analisis ini, sejarah bisa ditulis dari sudut pandang ‘bawah ke atas’, atau pandangan sejarah yang biasanya didominasi oleh pihak yang memiliki kekuasaan dan kepentingan tertentu.
Kesimpulan
Historiografi kritis mencoba untuk membatasi konteks pandang sejarah dari sudut subjektifitas penulis dan mempertimbangkan konteks sosial, politik, budaya, dan ekonomi masa lalu untuk memperoleh sudut pandang yang obyektif dan objektif. Pendekatan historiografi kritis memperhitungkan bahwa sejarah selalu dipakai dan dipengaruhi oleh kepentingan pada suatu konteks tertentu. Oleh karenanya, metode penelitian yang digunakan pun menjurus pada penggunaan alternatif sudut pandang dalam sejarah, agar kesimpulan yang dihasilkan dapat menjadi lebih holistik dan universal.